Defisensi vitamin D kerap terjadi di berbagai rentang usia. Sekitar 40% wanita usia produktif di dunia dikategorikan kekurangan vitamin D hampir dua kali lipat padahal vitamin yang satu ini memainkan peran penting bagi metabolisme tulang dan homeostasis mineral. Ini termasuk proses regenerasi sel, imunitas, pertumbuhan tulang dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Suplementasi vitamin D memiliki dua bentuk utama yaitu D2 (ergocalciferol) dan D3 (cholecalciferol), berbeda secara kimiawi namun keduanya baik diserap oleh tubuh. Vitamin D memiliki dua fungsi utama yaitu: sebagai hormon sekosteroroid untuk menginduksi sejumlah besar gen termasuk gen dalam jaringan reproduksi wanita. Termasuk juga sistem penyerapan kalsium pada tubuh.
Fungsi penting kedua adalah sebagai zat esensial organik berperan dalam respon imun tubuh. Vitamin D masuk ke dalam tubuh dan diserap oleh usus kemudian disimpan dalam jaringan lemak dalam bentuk tidak aktif. Untuk mengaktifkannya, vitamin ini harus menjalani dua kali proses hidroksilasi yaitu di organ hati dan ginjal. Hidroksilasi pertama mengubah vitamin D menjadi calcidiol dan yang kedua mengubahnya menjadi calcitriol yang aktif secara fisiologis.
.
A. Vitamin D dan Berbagai Fase Kehidupan Wanita
Di setiap tahap kehidupan wanita, vitamin D memainkan peran penting dalam metabolisme. Status vitamin D yang rendah dikaitkan dengan gangguan kesuburan, endometriosis dan masalah-masalah lain dalam kehamilan. Reseptor Vitamin D terdapat dalam jaringan reproduksi menyebabkan hubungan vitamin D dengan kesehatan reproduksi semakin erat.
Pada masa kanak-kanak, asupan vitamin D penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Ini sebagai upaya menjaga kesehatan dan menghindari kemungkinan pengeroposan dan pengapuran. Tak hanya itu, vitamin D berguna bagi perkembangan otak agar fokus anak dapat terbangun dan terhindar dari gangguan kesehatan mental seperti skizofrenia.
Di masa kehamilan, vitamin D merupakan nutrisi yang sangat penting guna mendukung pertumbuhan tulang dan perkembangan janin dalam kandungan. Vitamin D diproduksi tubuh secara otomatis jika terpapar sinar matahari, konsumsi suplemen atau makanan mengandung vitamin D. Berbagai komplikasi dan masalah dalam kehamilan akan menghadang jika ibu hamil kekurangan vitamin D.
Begitu pula di usia dewasa dan senja, vitamin D secara efektif mengurangi risiko berbagai penyakit kardiovaskuler, autoimun dan masalah yang mungkin terjadi pada tulang. Pengeroposan tulang, nyeri sendi dan kerentanan terhadap berbagai penyakit dapat dicegah dengan konsumsi cukup vitamin d.
B. Fungsi Vitamin D bagi Kesehatan Reproduksi Wanita
Reseptor vitamin D (VDR) dan enzim yang membantu metabolisme vitamin D ditemukan di organ reproduksi seperti ovarium. Ini berarti mekanisme kerja tubuh berkaitan erat dengan vitamin D dan organ reproduksi. Kekurangan vitamin D pada perempuan dapat menyebabkan insufisiensi gonad (kelenjar yang bertanggung jawab dalam produksi hormon reproduksi/seks).
Apabila seorang wanita mengalami insufisiensi gonad maka terjadi abnormalitas pada siklus mestruasi dan proses pematangan sel telur di ovarium. Tak hanya itu, kerja indung telur dan rahim pun terganggu.
Menurut penelitian terbaru, vitamin D juga mempengaruhi steroidogenesis yaitu proses pembentukan hormon ekstradiol dan progesteron. Hormon ekstradiol adalah salah satu jenis hormon estrogen yang diproduksi secara alami oleh tubuh, merupakan yang utama dalam sistem reproduksi wanita. Fungsi utamanya ialah untuk mematangkan sel telur dan memelihara sistem reproduksi.
Hormon ini diproduksi oleh ovarium sehingga kadarnya menurun seiring pertambahan usia. Idealnya, wanita memiliki cukup hormon ekstradiol. Jika kadarnya terlalu banyak maka akan meningkatkan risiko kanker rahim dan kanker payudara.
Namun jika terlalu rendah, tidak ditemukan sel telur matang (anovulasi), pertumbuhan dan perkembangan tulang akan terlambat dan orang dewasa berisiko mengalami osteoporosis. Sedangkan progesteron berperan dalam peningkatan gairah seksual, mendorong perubahan tubuh di masa pubertas dan mempersiapkan rahim untuk menerima sel telur matang.
C. Vitamin D dan PCOS
Defisiensi vitamin D berhubungan dengan adanya obesitas, gangguan metabolisme dan gangguan produksi hormon dalam tubuh. Kekurangan vitamin D berperan penting dalam resistensi insulin sebagai hasil dari kekurangan insulin atau sekresi insulin yang tidak memadai.
Resistensi insulin ini menyebabkan diabetes, obesitas dan kadar SHBG (Sex hormone binding globulin) rendah. SHBG adalah protein yang diproduksi oleh hati dan terikat erat dengan hormon pria yaitu testosteron, DHT dan estradiol.
Konsentrasi SHBG yang rendah mengindikasikan bahwa ditemukan kadar testosteron dalam jumlah tinggi dalam darah berarti terjadi hiperandrogen (kelebihan hormon laki-laki). Ketiga dampak tersebut yaitu resistensi insulin, hiperandrogen dan gangguan metabolisme merupakan akar permasalahan wanita mengalami PCOS.
D. Vitamin D dan Endometriosis
Kadar vitamin D dalam darah berkaitan dengan endometriosis. Penderita endometriosis memiliki lebih banyak reseptor vitamin D dan kadar calcidiol di jaringan endometrium. Endometriosis dikaitkan dengan respon imun, inflamasi dan proliferasi sel.
Vitamin D yang cukup dapat meregulasi imunitas, menghambat inflamasi dan meregulasi angiogenesis (proses pertumbuhan pembuluh darah baru, terkadang mengindikasikan pertumbuhan jaringan kanker/tumor).
Wanita dengan endometriosis memiliki status vitamin D rendah dan ini dikaitkan dengan kelainan metabolisme dan hormonal. Kadar vitamin D dalam tubuh berkorelasi negatif dengan tingkat keparahan endometriosis.
E. Vitamin D dalam Kehamilan
Defisiensi vitamin D pada ibu hamil berhubungan dengan peningkatan risiko preeklamsia. Kadar vitamin D yang terlalu rendah berkaitan dengan risiko bayi lahir kecil, kondisi pelemahan tulang (rickets), penurunan kepadatan tulang, asma dan skizofrenia. Kekurangan vitamin ini pada ibu berisiko tinggi terjangkit penyakit diabetes gestasional.
F. Vitamin D dan Metode Persalinan
Terdapat penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin D pada ibu hamil berisiko memperbesar kemungkinan ibu melahirkan secara sesar 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang cukup mengkonsumsi vitamin D.
Beberapa penelitian lain menyatakan cukup vitamin D membantu menurunkan risiko persalinan prematur karena berperan dalam menjaga otot rahim selama kehamilan. Selain itu, vitamin D berfungsi sebagai imunomodulator dan anti-inflamasi.
G. Terapi Defisiensi Vitamin D
Pada dasarnya konsumsi vitamin D2 maupun D3 sama baiknya. Konsultasikan kebutuhan harian vitamin D dengan dokter agar dosisnya tepat. Normalnya, orang dewasa membutuhkan 600-800 IU per hari, direkomendasikan tidak lebih dari 4000 IU. Beberapa faktor berikut mempengaruhi status vitamin D seseorang:
– Warna kulit, ini berkaitan pula dengan tempat tinggal. Individu dengan kulit gelap mampu menyerap lebih sedikit vitamin D dari paparan sinar matahari dibandingkan individu dengan kulit terang. Kulit putih mampu menyerap 50.000 IU/24 jam, kulit terang 20.000 hingga 30.000/24 jam dan kulit gelap 8.000 sampai 10.000 IU/24 jam.
– Usia. Di usia 65 tahun keatas, kemampuan kulit untuk menyerap vitamin D yang berasal dari matahari terus menurun.
– Makanan yang dikonsumsi, tentu ini berpengaruh pada status vitamin D.
Sumber vitamin D paling ekonomis yang mampu didapat semua orang adalah berasal dari sinar matahari. Berjemurlah pada pukul 9 pagi, 5 menit terlebih dahulu kemudian naikkan secara bertahap maksimum 15 menit. Jemur kedua lengan dan tungkai , lindungi area kepala dan leher.
H. Suplementasi Vitamin D dan Isu Toksisitas
Konsumsi vitamin D dalam jumlah tinggi (lebih dari 4.000 IU) berisiko menimbulkan reaksi toksisitas dan menyebabkan kondisis hiperkalsemia yaitu penumpukan kalsium dalam darah. Kadar kalsium yang terlalu banyak berpotensi membentuk endapan di arteri atau jaringan lunak. Ini dapat mempengaruhi kerja ginjal dan menimbulkan penyakit pada ginjal (contoh: batu ginjal).