• Alamat Jl. Lili kembang, Maguwo, DIY
Call Center: (0274) 280 3000

Sekilas Tentang Stunting?

Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami bayi/anak akibat gizi buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Anak-anak dikategorikan stunting jika tinggi badan mereka berada di bawah median dua standar deviasi acuan pertumbuhan anak menurut WHO. Stunting diawali dengan penurunan berat badan, tinggi badan dan diikuti dengan penurunan fungsi kognitif.

Konsekuensi berbahaya akibat stunting tak hanya menyangkut kemampuan fisik namun juga penurunan kemampuan mental, kapasitas belajar dan kinerja sekolah di masa kanak-kanak.

Akibatnya kemampuan kognitif tidak memadai, pendapatan rendah di usia dewasa dan penurunan kopasitas produktif dengan kesehatan yang buruk disertai dengan peningakatan risiko penyakit kronis. Stunting memiliki efek jangka panjang pada individu dan masyarakat.

.

Stunting sama dengan gizi buruk?

Stunting dan gizi buruk merupakan dua hal yang berbeda. Hal yang paling sederhana untuk membedakannya adalah stunting diukur dengan tinggi badan anak menurut umur sedangkan gizi buruk diukur dengan berat badan anak menurut umur. Stunting tak terbatas pada persoalan tinggi badan namun lebih dari itu.

Dikhawatirkan, justru bagaimana stunting menghambat pencapaian perkembangan otak yang optimal. Tindakan yang berfokus pada pencegahan seperti memastikan ibu hamil dan menyusui cukup gizi, ASI eksklusif di 6 bulan pertama, dan pemberian makanan pendamping ASI dapat membantu mencegah terjadinya stunting.

.

Prevalensi Stunting di Indonesia

Potensi stunting dimulai pada awal kehidupan terutama 1000 hari pertama sejak pembuahan hingga usia dua tahun. Di tahun 2021, angka prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 2019 berada di angka 24,4%. Secara umum status gizi para balita dan anak membaik dari tahun ke tahun.

Namun perlu perhatian terutama daerah Indonesia bagian Timur sebab rata-rata daerah tersebut memiliki angka prevalensi tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Stunting masih berpotensi menjadi masalah kesehatan seriius di Indonesia bahkan di dunia. India menjadi negara dengan jumlah anak stunting terbanyak di dunia mencapai 61,7 juta  pada tahun 2012.

Berdasarkan data WHO di tahun 2012, diperkirakan 6,6 juta anak usia dibawah 5 tahun meninggal dunia mayoritas karena kekurangan nutrisi. Sementara 162 juta anak di dunia usia <5 tahun terkonfirmasi mengalami gangguan pertumbuhan akibat stunting.

Jika tren berlanjut, proyeksi menunjukkan bahwa 127 juta anak di bawah 5 tahun terhambat pertumbuhannya karena stunting. Stunting bukanlah suatu penyakit yang dapat disembuhkan dengan obat namun merupakan kumpulan penyakit yang menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak. Dampaknya tak hanya secara fisik namun mental di kehidupan anak ketika dewasa.

.

Gejala stunting

Rutin memantau status gizi anak adalah faktor kunci untuk mencegah stunting. Berikut merupakan gejala stunting:

  • Pengukuran Berat badan menurut umur (BB/U) yang dilakukan 1 bulan sekali menunjukkan kondisi berat badan jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata
  • Pengukuran Tinggi badan menurut umur (TB/U) yang dilakukan tiap 3 bulan menunjukkan nilai di bawah rata-rata. Tinggi badan anak lebih pendek dan sangat pendek dibandingkan rata-rata normal
  • Pengukuran berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Perhitungan berat badan dibandingkan tinggi badan mengindikasikan kondisi wasting (anak sangat kurus).
  • Skor IQ antara 79-85 (5 hingga 11 poin dibawah IQ rata-rata)

.

Penyebab Stunting

Faktor-faktor yang berkontribusi pada stunting meliputi faktor utama dan pendukung. Kedua faktor ini berperan aktif menjadi penyebab terjadinya stunting. Berikut merupakan faktor utama penyebab stunting:

  • Gizi dan status kesehatan yang buruk pada ibu

Risiko stunting dimulai sejak prakonsepsi ketika seorang wanita yang nantinya akan menjadi ibu kekurangan gizi dan mengalami komplikasi pada kehamilan seperti anemia, hipertensi pada kehamilan dan lain-lain. Padahal nutrisi dari ibu disalurkan langsung ke bayi melalui plasenta untuk mendukung tumbuh kembang bayi di dalam kandungan.

Sekitar 80% pembentukan otak terjadi sejak anak berada dalam kandungan ibu sampai usia 2 tahun tahun disebut 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Periode ini adalah masa krusial bagi anak dalam menentukan masa depanny kelak. Ibu hamil yang kurang nutrisi menjadi akar penyebab anak mengalami stunting.

  • Absennya Exclusive breastfeeding

Didefinisikan sebagai praktik pemberian ASI pada bayi selama 6 bulan pertama kehidupan tanpa tambahan makanan apapun. Absennya exclusive breastfeeding menimbulkan dampak terbesar pada kematian anak.

ASI eksklusif adalah kebutuhan utama dan landasan kelangsungan hidup anak karena mengandung nutrisi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. ASI memberikan perlindugan dari infeksi saluran pernapasan, diare, mencegah obesitas dan penyakit-penyakit lain yang berpotensi mengancam jiwa.

  • Infeksi yang terjadi pada anak

Penyakit infeksi yang parah mengarah pada kondisi malnutrisi (berat dan tinggi badan rendah). Kondisi ini menimbulkan efek jangka panjang untuk pertumbuhan anak tergantung pada tingkat keparahan, durasi dan nutrisi yang diupayakan untuk mendukung pemulihan.

  • Kemiskinan dalam rumah tangga

Kemiskinan mengindikasikan ketidakmampuan anak dan ibu hamil untuk mendapatkan makanan yang layak dari segi jumlah dan nutrisi yang terkandung di dalamnya.

  • Pemberian makanan pendamping ASI yang kurang layak

Kualitas makanan pendamping ASI menjadi komponen penting bagi pertumbuhan anak. Kualitas dinilai dari komposisi (karbohdirat, protein, lemak, serat dan lain-lain), frekuensi pemberian makanan dan jaminan aman dari mycotoxin (bahan kimia berbahaya berasal dari jamur ditemukan di tanaman pangan). Mycotoxin dalam makanan menyebabkan infeksi pada anak.

  • Higienitas air dan makanan yang kurang terjaga

Pengelolaan sanitasi yang buruk dan perilaku BAK serta BAB sembarangan menjadi penyumbang meningkatnya angka prevalensi penyakit di Indonesia terutama diare, tifus, polio dan cacingan. Menurut studi yang dilakukan UNICEF, 50% kasus malnutrisi pada anak dikaitkan dengan air tak layak minum serta sanitasi dan higiene rendah.

  • Pola asuh yang kurang tepat selama dua tahun pertama kehidupan

Stunting tidak hanya disebabkan oleh nutrisi dari makanan yang dikonsumsi namun juga pengasuhan dan sanitasi yang kurang baik sejak anak dalam kandungan hingga berusia dua tahun.

  • Anak tidak mendapatkan imunisasi lengkap

Imunisasi lengkap pada anak membantu tubuh anak membangun imunitas sehingga terhindar dari berbagai penyakit.

.

Stunting bukan hanya persoalan makanan namun merupakan masalah kompleks yang mungkin terjadi pada anak-anak. Anak yang terbebas dari stunting memiliki potensi yang jauh lebih sehat, cerdas, berprestasi di sekolah dan memiliki kemampuan psikososial yang baik.

Permasalahan stunting adalah permasalan bersama tak hanya berkutat pada ibu yang mengandung dan melahirkan. Pencegahan stunting membutuhkan peran serta dari ayah, tenaga kesehatan, pemerintah dan masyarakat. Upaya yang dilakukan bersama untuk menjaga lingkungan tetap higienis menjadi langkah awal pencegahan stunting.

Mau tau konsekuensi stunting dan cara cegah stunting? Simak artikel berikutnya!

.

.