Perubahan Kondisi Kulit di Masa Kehamilan
Kehamilan menjadi momen berharga sekaligus menantang bagi seorang wanita. Bagaimana tidak, gejolak perubahan fisik yang dialami ibu hamil terjadi di setiap tahapan kehamilan mulai dari trimester satu hingga ketiga. Beberapa perubahan pada tubuh seringkali membuat risih dan perasaan tak percaya diri. Pada tahap lanjut, perubahan pada tubuh terutama pada kulit kerap menimbulkan stress dan kecemasan berlebih pada ibu hamil. Perubahan tampak tak hanya pada kulit namun pada kuku dan rambut selama kehamilan.
.
Beragam Perubahan yang Terjadi Saat Hamil
Kondisi kulit yang berubah umumnya disebabkan oleh fluktuasi hormon. Di masa kehamilan, beragam hormon mengalami peningkatan antara lain hormon estrogen, progesteron, prolaktin, HCG dan lain-lain. Berikut beberapa perubahan yang paling umum terjadi pada wanita hamil:
- Bintik-bintik gelap pada area payudara dan tubuh bagian bawah seperti paha.
Ini terjadi karena peningkatan kadar melanin dalam tubuh sebagai akibat peningkatan hormon estrogen. Selama kehamilan, produksi hormon estrogen meningkat drastis dan mencapai puncaknya di trimester ketiga.
- Melasma yaitu bercak cokelat di wajah sekitar pipi, hidung dan dahi.
Penyebabnya sama yaitu efek peningkatan kadar estrogen dan hormon perangsang melanosit (menimbulkan pigmentasi pada kulit).
- Linea nigra adalah munculnya garis gelap yang membentang dari pusar ke rambut kemaluan.
Ini merupakan bentuk lain dari hiperpigmentasi.
- Timbulnya jerawat di wajah selama kehamilan.
Selama kehamilan, peningkatan hormon androgen dan progesteron menstimulasi kelenjar minyak untuk produksi lebih banyak minyak. Akibatnya pori-pori kulit tersumbat minyak. Setiap pori dalam kulit adalah lubang menuju folikel yang terdiri dari rambut dan kelenjar minya. Kelenjar tersebut kemudian melepaskan sebum dan ergerak sampai ke kulit anda dan timbulah jerawat .
- Varises/spider veins
Peningkatan aliran darah dan perubahan hormonal pada progesteron dan estrogen bertanggung jawab untuk adanya varises. Ketika kadar progesteron meningkat, dinding pembuluh darah (terutama di kaki) tak dapat mengimbangi peningkatan tekanan. Untuk dapat menanganinya, pembuluh darah melebar dan membesar sehingga lebih terlihat dari biasanya.
- Perubahan pada kuku dan pertumbuhan rambut berlebih
Hormon androgen menjadi penyebab utama perubahan pada rambut dan kuku.
.
Apa itu Stretch Mark?
Stretch Mark pada kehamilan sering disebut juga dengan striae gravidarum. Stretch mark adalah jaringan parut berupa garis-garis yang timbul akibat peregangan kulit yang melebihi elastisitasnya. Kulit manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk meregang dan beradaptasi berkat kolagen dan elastin (dua protein struktural utama yang berperang penting untuk kulit yang kencang dan elastis). Namun jika kenaikan berat badan terlalu cepat maka kulit tidak mampu beradaptasi dengan cepat sehingga munculah stretch mark. Kondisi ini tak hanya muncul pada masa kehamilan namun juga saat pubertas atau karena kondisi medis tertentu misalnya sindrom cushing..
Stretch mark paling dikaitkan dengan kehamilan karena perubahan hormon yang terjadi. Sekitar 70%-80% dari total ibu hamil di Indonesia mengalami stretch mark. Umumnya di trimester ketiga kondisi ini baru akan muncul di area peut, bokong, payudara, paha atau dada.
.
Mengapa Strech Mark Muncul di Masa Kehamilan?
Tubuh setiap wanita berbeda di tiap kehamilan yang terjadi. Tidak menjadi kepastian bahwa wanita hamil pasti memiliki stretch mark. Berikut beberapa faktor penyebab munculnya stretch mark:
- Pertambahan berat badan dengan cepat misalnya karena masa pubertas atau kehamilan. Ini dapat dicegah dengan pemantauan kenaikan berat badan selama kehamilan.
- Stretch mark yang muncul saat hamil dikaitkan dengan perubahan hormon kehamilan.
- Faktor genetik. Jika dalam keluarga anda, ibu atau nenek mengalami stretch mark maka anda berisiko juga mengalami stretch mark.
- Ras dan warna kulit. Menurut penelitian, semakin gelap warna kulit seseorang maka risiko adanya stretch mark semakin besar. Orang Indonesia dengan kulit sawo matang memiliki risiko lebih besar dibandingkan orang kulit putih.
- Kebutuhan cairan kurang tercukupi sehingga elastisitas kulit berkurang. Selain itu, kerusakan akibat sinar UV dan pola makan yang buruk juga berkontribusi pada hilangnya elastisitas kulit.
- Kondisi medis tertentu misalnya sindrom cushing yaitu kumpulan gejala yang muncul karena kadar hormon kortisol yang terlalu tinggi.
- Penggunaan obat-obatan tertentu dengan kandungan kortikosteroid tinggi.
.
Apakah Strech Mark Berbahaya?
Jika anda belum pernah mengalami stretch mark, mungkin akan bertanya-tanya apakah stretch mark merupakan tanda bahaya atau wajar terjadi pada ibu hamil. Stretch mark merupakan perubahan yang wajar terjadi dan tidak berbahaya sama sekali. Walaupun penampakannya mengganggu, stretch mark tidak menimbulkan efek samping apapun pada ibu hamil. Berita baiknya, kemunculannya dapat dicegah dan dikurangi dengan menjaga kulit tetap lembab dan cukup nutrisi.
.
Cara Mengurangi Strech Mark Pada Kulit Selama Kehamilan
Selain karena faktor genetik yang tak terelakkan, stretch mark muncul karena kulit tidak terhidrasi dan tercukupi nutrisinya. Faktor kunci untuk mencegah kemunculannya adalah menutrisi kulit agar elastisitas tetap terjaga. Di bawah ini cara mengurangi stretch mark selama kehamilan:
- Menutrisi kulit dengan krim atau minyak khusus untuk mengurangi stretch mark agar kulit dapat mengembang dan meregang secara alami tanpa meninggalkan bekas.
- Pantau kenaikan berat badan selama kehamilan sesuai kategori BMI anda sebelum hamil. Ibu hamil dengan BMI normal sebelum hamil disarankan mengalami kenaikan berat badan seanyak 11-15 kg, BMI rendah 13-18 kg saat hamil dan BMI obesitas 7-11 kg saja. Pertambahan berat badan tentu terkait dengan pengaturan pola makan.
- Penuhi piring anda dengan buah-buahan dan sayuran tinggi vitamin C, D, A dan E. Vitamin C penting untuk produksi kolagen, vitamin A membantu menjaga kelembaban kulit, vitamin E sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas, dan D untuk elastisitas kulit. Kebutuhan vitamin dapat diperoleh secara alami melalui makanan atau suplementasi tambahan
- Konsumsi makanan tinggi antioksidan antara lain: kale, brokoli dan lain-lain.
- Penuhi kebutuhan cairan saat hamil.
- Hindari stress. Stress memicu kenaikan hormon kortisol yang dapat memecah kolagen dan elastin sehingga elastisitas kulit menjadi berkurang.
- Gunakan tabir surya yang aman bagi ibu hamil saat beraktivitas di luar ruangan agar kulit terlindungi dari kerusakan akibat sinar UV.
- Olahraga selama hamil. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan anda tentang intensitas dan jenis olahraga yang dipilih.
Cara-cara di atas dapat dilakukan selama hamil dan setelah melahirkan untuk mengembalikan elastisitas kulit.
.
.