Muntah, diare dan demam merupakan kejadian yang kerap terjadi terutama pada bayi baru lahir. Hampir semua orang tua baru menanyakan hal ini, apa penyebabnya dan bagaimana cara menanganinya.
Muntah setelah menyusu sering disebut gumoh. Mungkin menakutkan bagi orang tua melihat bayi muntah/demam tanpa tahu penyebabnya. Begitu pula dengan demam, beragam mitos berkembang di masyarakat terkait dengan demam pada bayi.
Mulai dari demam sebagai tanda anak makin pintar, demam pasti menimbulkan kejang, dan mitos demam akan sembuh jika bayi diberikan ramuan tertentu.
Sebagai seorang ibu, memperkaya wawasan tentang kesehatan diri, anak dan keluarga jadi hal wajib untuk dilakukan. Pengetahuan seluas-luasnya mengenai kesehatan terutama anak menghindarkan mereka dari kematian mendadak dan gangguan pertumbuhan di masa emasnya.
Sebagai contoh kejang demam yang disebabkan karena infeksi seperti cacar air, radang tenggorokan, radang amandel memicu terjadinya kejang.
Jika kejang hanya terjadi sekali saja memang tidak akan mempengaruhi perkembangan anak namun jika kejang berulang dan ditemulan gejala sisa maka cenderung mengarah ke penyakit lain serta ganguan perkembangan otaknya.
A1. Penyebab Gumoh pada Bayi
Semua bayi memiliki kemampuan untuk mengatur kapasitas perut dan makanan yang masuk ke saluran pencernaannya. Ketika ia menyusu, kelebihan susu akan tumpah dan keluar. Dalam istilah medis, gumoh sering disebut dengan refluks. Berikut beberapa penyebab bayi sering gumoh:
- Di dalam sistem pencernaan antara lambung dan kerongkongan terdapat katup yang berfungsi untuk menahan makanan yang telah masuk agar tidak kembali keluar. Pada bayi baru lahir, fungsi katup ini belum bekerja secara optimal sehingga belum mampu menutup dan membuka secara otomatis. Akibatnya bayi mudah gumoh.
- Pada usia kurang dari 6 bulan, secara umum bayi akan sering gumoh. Namun seiring bertambahnya usia, frekuensinya akan berkurang atau bahkan hilang sama sekali.
Bagaimana ibu tahu gumoh pada bayi merupakan sesuatu yang wajar? Adakah patokan yang bisa diperhatikan oleh ibu? Gumoh pada bayi memang umum terjadi, namun jika disertai gejala penyerta maka ibu harus segera mencari pertolongan pertama yaitu dokter. Gejala penyerta yang dimaksud antara lain:
- Berat badan bayi turun drastis
Gumoh dikatakan sebagai gejala penyakit/gangguan lain jika berat badan bayi turun drastis. Acuan berat badan bayi tentu harus disesuaikan dengan usianya. Penurunan berat badan mengindikasikan bahwa makanan yang masuk ke sistem pencernaan lebih sedikit dibandingkan yang keluar. Ini menjadi alarm bagi ibu kalau-kalau bayi menderita GERD.
- Terdapat gejala dehidrasi pada bayi
Jika gumoh sangat sering terjadi maka bayi akan tampak kekurangan cairan karena ASI yang berusaha masuk ke sistem pencernaan keluar kembali. Tanda-tanda dehidrasi pada bayi: terlihat lemas, mata dan bagian ubun-ubun terlihat cekung, bibir kering, frekuensi buang air berkurang.
A2. Penanganan Pertama Bayi Gumoh
Gumoh pada bayi kebanyakan tidak membutuhkan penanganan khusus. Berikut tips yang dapat anda lakukan saat bayi gumoh:
- Posisikan tubuh bayi dalam keadaan tegak. Posisi dagu lebih tinggi dari bahu. Bersihkan sisa gumoh dan gendong bayi untuk kemudian disendawakan. Sendawa merupakan upaya alami untuk mengosongkan lambung dari udara yang mungkin masuk saat bayi menyusu.
- Gendong bayi dan goyangkan tubuhnya secara perlahan.
- Jika gumoh terjadi saat bayi menyusu, hentikan dulu proses menyusui baik langsung maupun dari botol. Tunggu hingga 10 hingga 15 menit jika bayi masih ingin menyusu.
B1. Penyebab Diare pada Bayi
Orangtua baru hendaknya tak cepat mengambil kesimpulan bahwa bayinya sedang diare terlebih untuk bayi baru lahir dengan ASI eksklusif.
Sebab pada dua minggu pertama, ASI mengandung suatu zat semacam obat pencahar sehingga frekuensi buang air besar menjadi meningkat. Bahkan mungkin saja setiap selesai menyusu, bayi akan buang air besar. Kondisi ini terjadi agar perut bayi tidak cepat penuh.
Selain itu, ASI yang masuk ke tubuh bayi diserap dengan cepat sehingga sistem pencernaannya pun berjalan dengan cepat. Frekuensi buang air besar pada bayi ASI memang bervariasi.
Bisa jadi sangat sering namun bisa saja hanya terjadi seminggu satu kali saja. Berikut pedoman yang dapat ibu gunakan sebagai ‘alarm’ kalau-kalau ibu kebingungan menentukan apakah si kecil diare atau tidak:
- Selama bayi tidak buang air besar dalam dalam bentuk cair maka aman saja. Bayi dengan ASI memang cenderung bertekstur lembek mirip selai kacang
- Tak ada tanda-tanda dehidrasi, frekuensi menyusu masih baik dan tetap ceria. Maka ibu tak perlu khawatir jika hal tersebut masih terjadi, namun menjadi tanda bahaya jika terjadi sebaliknya.
- Jika usia bayi lebih dari 6 bulan, dikategorikan diare jika buang air besar mengalami perubahan tekstur dan telah terjadi lebih dari tiga kali. Perubahan tekstur tidak harus cair seperti air namun jika biasanya padat dan kemudian menjadi sangat lembek maka anda perlu waspada.
B2. Penanganan Pertama Bayi Diare
Ibu dapat mengganti cairan yang telah hilang pada bayi diare. Jika ia masih menyusu, berikan ASI sesering mungkin. Jika ia sudah makan padat, gantikan cairan dari makanan dan buah.
C1. Penyebab Demam pada Bayi
Bayi dikatakan demam jika suhu tubuhnya mencapai lebih dari 37,5°C diukur dengan termometer. Tidak semua demam menjadi tanda suatu penyakit/gangguan yang mungkin terjadi pada bayi. Demam mungkin terjadi karena :
- Dehidrasi
- Kurang asupan nutrisi karena frekuensi menyusu berkurang misal karena perjalanan
- Faktor lingkungan: pakaian/selimut bayi yang terlalu rapat, suhu ruangan terlalu panas, dijemur di bawah sinar matahari terlalu lama
Demam sendiri bukan suatu penyakit namun respon tubuh terhadap benda asing seperti kuman, bakteri atau virus yang masuk ke tubuh.
Demam terjadi karena tubuh bayi berusaha melawan untuk memusnahkan benda asing tersebut dengan cara meningkatkan suhu tubuh. Harapannya, benda asing tersebut akan mati. Berikut patokan yang harus diperhatikan:
- Jika bayi dibawah 3 bulan suhu tubuh diatas 38°C atau usia lebih dari 3 bulan suhu tubuh diatas 40°C maka segera periksa ke dokter.
- Jika anak dengan usia kurang dari 2 tahun suhu tubuh lebih tinggi dari 39°C selama dua hari atau lebih dari tiga hari untuk anak usia lebih dari 2 tahun. Segera konsultasikan ke dokter.
C2. Penanganan Pertama Bayi Demam
Bagi bayi yang mengalami demam bukan karena suatu penyakit, ibu dapat melakukan hal-hal dibawah ini:
- Menyusui bayi agar terhindar dari dehidrasi, asupan cukup guna kemudian menurunkan suhu tubuhnya.
- Skin to skin dengan ayah atau ibu. Kontak kulit ke kulit dapat menurunkan suhu tubuh bayi.