Serba-serbi Plasenta
Plasenta adalah organ yang menempel pada rahim berfungsi untuk transportasi nutrisi, darah, dan segala kebutuhan janin. Dapat dikatakan plasenta adalah jembatan antara rahim ibu dengan bayi dalam kandungan.
Selama kehamilan, organ ini berperan penting juga dalam membuang kotoran bayi. Plasenta dan tali pusat merupakan satu kesatuan. Plasenta menempel di rahim ibu dan terhubung dengan tali pusat pada bayi.
Plasenta harus dipastikan dalam kondisi baik guna kesejahteraan, pertumbuhan dan perkembangan janin.
Pembentukan plasenta terjadi pada awal kehamilan, dari mulai hari pertama implantasi hingga 4 bulan setelahnya. Tiga hari setelah pembuahan, trofoblas (jenis sel utama plasenta) mulai membentuk hormon HCG yang menjamin bahwa endometrium akan menerima embrio yang berimplantasi.
Selama beberapa hari berikutnya, trofoblas yang sama ini menempel dalam lapisan rahim dan memulai proses kehamilan. Beberapa minggu berikutnya, plasenta memproduksi hormon yang mengontrol fisiologi dasar ibu sedemikian rupa sehingga janin disuplai dengan nutrisi dan oksigen.
Selama sebelum 4 bulan, plasenta terus tumbuh dan berkembang di rahim ibu untuk menciptakan tempat yang kondusif bagi bayi. Trimester pertama merupakan fase organogenesis yaitu pembentukan organ termasuk penyempurnaan plasenta tersebut. Setelah 16 minggu ke atas, plasenta dapat berfungsi secara mandiri.
Ketika ibu terpapar sesuatu yang buruk misal kekurangan gizi, sakit, merokok dan lain-lain plasenta dapat menjadi penyeimbang dan bekerja lebih efisien dalam melindungi bayi. Namun, ada batasan kemampuan plasenta untuk mengatasi tekanan dari eksternal. Jika cukup parah, kerusakan plasenta mungkin terjadi yang berdampak pada gangguan pada janin bahkan keguguran.
Fakta Kematian Ibu Akibat Gangguan Plasenta
Di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan Kementrian Kesehatan angka kematian ibu masih tergolong tinggi sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2015.
Sebagian besar disebabkan pendarahan karena komplikasi kehamilan, preeklamsia, komplikasi aborsi, partus macet atau sepsis. Lebih dari 80% pendarahan antepartum disebabkan oleh masalah plasenta seperti plasenta previa, solusia plasenta dan retensio plasenta.
Apa yang Mempengaruhi Kesehatan Plasenta?
Berbagai faktor di bawah ini tidak otomatis menjadikan plasenta bermasalah namun terdapat peningkatan risiko apabila ibu hamil memiliki riwayat berikut:
- Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
Di usia kurang dari 20 tahun, organ reproduksi Wanita belum siap menerima kehamilan. Pertumbuhan dinding endometriumnya belum sempurna. Sedangkan di usia lebih dari 40 tahun, terjadi penurunan fungsi fisiologis dan reproduksi secara umum.
Penurunan kualitas pertumbuhan dinding endometrium akibat sclerosis pertumbuhan darah yang menyebabkan aliran darah tidak merata sehingga endometrium menjadi kurang subur dan implantasi terjadi di segmen bawah rahim.
- Kelainan implantasi plasenta
Proses implantasi merupakan melekatnya embrio pada dinding uterus dan menembus sistem sirkulasi ibu untuk membentuk plasenta. Plasenta yang sehat akan berupaya mengambil nutrisi dan zat-zat bermanfaat dari rahim ibu untuk ditransfer ke bayi.
Pembuluh darah ibu diinvasi oleh sel plasenta. Karena gangguan implantasi, kebutuhan janin menjadi tidak terpenuhi dan menyebabkan berbagai komplikasi pada ibu yaitu pre-eklamsia (PE).
Sebanyak 8% ibu hamil di Amerika mengalami kasus ini yaitu komplikasi kehamilan serius ditandai dengan meningkatnya tekanan darah ibu dan kandungan protein yang tinggi dalam urin.
Pre-eklamsia memainkan peran utama dalam komplikasi serta kematian pada ibu dan janin. Selain menyebabkan preeklamsia, pertumbuhan plasenta yang abnormal juga menimbulkan Fetal Growth Restriction (FGR) atau pertumbuhan janin yang terhambat.
- Pembekuan darah yang mungkin terjadi pada Plasenta
Di akhir trimester pertama kehamilan, sel-sel trofoblas bermigrasi dari plasenta dan menginvasi arteri dinding rahim. Proses ini memicu transformasi arteri ke pembuluh darah sehingga memudahkan aliran darah ke plasenta.
Dalam sejumlah kasus kehamilan terutama karena pre-eklamsia dan FGR, ditemukan pembekuan darah dalam plasenta. Perlu diketahui, plasenta mengandung zat antikoagulan secara alami untuk mencegah terjadinya trombosis/pembekuan darah.
Namun karena komplikasi yang terjadi, fungsi ini tidak bekerja dengan baik.
- Dinding rahim yang tidak normal dan riwayat operasi sebelumnya
Ini merupakan penyebab terjadinya plasenta akreta. Yaitu kondisi ketika plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Kasus ini sangat berbahaya karena berisiko menimbulkan pendarahan di masa kehamilan dan melahirkan.
- Riwayat diabetes, merokok dan penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang
Gangguan yang Mungkin Terjadi pada Plasenta
- Kelainan letak
Letak normal plasenta adalah di dalam rahim dengan tidak menutupi jalan lahir. Plasenta previa merupakan kondisi kelainan letak dengan plasenta yang melekat di bagian bawah rahim menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.
Hal ini menyebabkan pendarahan vagina dan mengarah pada pendarahan yang lebih besar lagi mengancam kehidupan ibu dan janin.
Belum diketahui penyebab pasti mengapa letak plasenta dapat menutupi jalan lahir. Namun faktor risiko meningkat ketika ibu pernah mengalami operasi sesar. Oleh sebab itu, perlu pemantauan rutin bekas luka oleh dokter kandungan di rumah sakit setempat.
- Penuaan/pengapuran plasenta
Penuaan merupakan sebuah hal yang normal karena kehamilan usia 41 minggu sehingga fungsi plasenta mulai berkurang. Dibuktikan dengan USG melalui pemantauan.
- Retensi plasenta
Plasenta tertahan di dalam rahim setelah melahirkan. Gangguan ini dapat menyebabkan infeksi atau bahkan kematian ibu.
- Solusio plasenta
Kondisi ini adalah terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum proses persalinan. Pasokan nutrisi, oksigen dan darah menjadi terputus sehingga menyebabkan cacat pada bayi bahkan kematian.
- Kelainan pertumbuhan plasenta
Plasenta akreta dan inkreta merupakan salah satu gangguan pertumbuhan plasenta terlalu melekat di rahim.
Gejala jika Plasenta Bermasalah
Pemeriksaan USG adalah satu-satunya alat untuk mengetahui kondisi plasenta di dalam rahim.
Ibu hamil minimum 4 kali menjalani pemeriksaan USG yaitu di trimester pertama, trimester kedua saat kehamilan mencapai 20 minggu, trimester ketiga usia kehamilan 28 atau 32 minggu dan terakhir ketika menjelang persalinan atau 36-37 minggu.
Dengan melakukan USG, dokter dan ibu dapat melihat kondisi bayi dan plasenta serta mencegah sebelum terjadi gejala yang tidak diinginkan.
Apabila sudah terjadi pendarahan atau kontraksi terus menerus maka sudah terlambat oleh sebab itu dibutuhkan pemantauan secara rutin. Semua pendarahan selama kehamilan wajib dilaporkan ke dokter untuk penyelidikan dan penanganan yang tepat.
USG transvaginal biasanya lebih dipilih untuk mendeteksi kesehatan plasenta selama kehamilan. Jika terjadi plasenta previa maka akan dikonfirmasi melalui pemeriksaan mulai dari usia kandungan 28 minggu, 32 minggu dan selanjutnya 36 minggu.
Jika lebih dari 36 minggu letak plasenta masih menutupi jalan lahir, maka disarankan memilih operasi sesar sebagai metode persalinan.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi Karena Plasenta Previa
Berikut merupakan kemungkinan yang terjadi apabila ibu mengalami plasenta previa dan tidak dipantau dengan baik:
- Pendarahan hebat saat hamil dan melahirkan
- Gawat janin karena kekurangan oksigen
- Persalinan dini/prematur
- Risiko kesehatan pada bayi
- Kemungkinan penanganan operasi sesar darurat atau histerektomi (pengeluaran plasenta dari lapisan rahim)
- Kehilangan darah pada bayi
- Kematian ibu maupun bayi.
Perlu kesadaran bagi seorang ibu untuk mengedukasi dirinya sehingga paham dan mengerti faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan gangguan pada plasenta.
Intensitas kunjungan pemeriksaan juga perlu diperhatikan agar dokter bisa memantau kondisi ibu dan janin dalam kandungan termasuk jika ada komplikasi dan kondisi gawat darurat.
Semua pemeriksaan yang dianjurkan contoh: USG transvaginal atau USG standar dapat dilakukan di Rumah Sakit Bunga Bangsa Medika (BBM) sebagai rumah sakit swasta yang unggul di Yogyakarta.