Alergi pada anak merupakan kondisi medis serius yang seringkali terabaikan oleh orang tua. Padahal alergi mampu mempengaruhi pertumbuhan anak karena keharusan diet ketat membatasi gizi yang masuk dalam tubuh.
Orang tua harus mensiasati menu makan anak dengan tetap memperhitungkan nutrisi. Lebih dari 50 juta orang Amerika menderita alergi karena makanan, ini mencakup orang dewasa dan anak-anak.
Faktanya di Amerika, setiap 3 menit seorang anak dibawa ke instalasi gawat darurat karena reaksi alergi. Tingkat keparahan karena reaksi alergipun bervariasi antar individu.
Mayoritas kasus alergi tidak berujung kematian namun mengiritasi kulit, saluran pencernaan, saluran pernafasan, mata atau sistem saraf pusat.
Apa Penyebab Reaksi Alergi?
Alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam makanan yang sesungguhnya tidak berbahaya. Zat yang tidak berbahaya tersebut dipandang tubuh sebagai “benda asing” yang kemudian memicu pelepasan histamin dalam tubuh.
Akibatnya histamin akan meningkatkan aliran darah dalam tubuh yang terpapar alergen, kemudian berhenti di reseptor tubuh. Hasilnya, histamin menimbulkan reaksi inflamasi/peradangan pada tubuh. Saat terpapar zat alergen, tubuh akan menghasilkan antibodi alergi yang disebut Immunoglobulin E (IgE) yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan alergi atau sensitivitas.
Riwayat keluarga tampaknya berperan dalam munculnya reaksi alergi. Anak yang lahir dari orang tua dengan alergi gluten memiliki risiko tujuh kali lebih besar untuk memiliki alergi yang sama dibandingan anak lain yang orangtuanya tidak alergi gluten.
Perlu diketahui, alergi makanan berbeda dengan intoleransi makanan walaupun terkadang gejalanya cenderung tumpang tindih. Alergi karena makanan merupakan respon sistem kekebalan karena tubuh melawan komponen zat dalam makanan (biasanya protein) yang dianggap berbahaya untuk tubuh.
Reaksi alergi biasanya langsung tampak segera setelah konsumsi makanan mengandung alergen walaupun dalam jumlah sedikit. Sedangkan intoleransi makanan adalah respon sistem pencernaan karena terjadi iritasi dan gangguan pada sistem pencernaan sebagai akibat konsumsi makanan tertentu.
Gejala mungkin tidak tampak kecuali jika anak konsumsi makanan pemicu alergi dalam jumlah besar. Namun bukan berarti intolerensi makanan dapat dianggap sebagai masalah sepele, dalam jangka panjang kasus ini mengganggu proses tumbuh kembang dan menurunkan sistem imunitas anak.
Ciri-ciri Alergi Makanan pada Anak
Gejala alergi karena makanan pada anak bervariasi dari rasa tidak nyaman hingga reaksi parah yang dapat mengancam jiwa. Bila ini terjadi, intervensi medis wajib dilakukan.
Reaksi alergi umumnya muncul beberapa menit hingga satu jam setelah konsumsi makanan pemicu alergi. Keparahan reaksi alergi dipengaruhi oleh jumlah alergen yang masuk ke tubuh dan sensitivitas tiap individu. Berikut ciri-ciri anak mengalami alergi:
- Peradangan pada kulit: ruam, gatal, kemerahan, bengkak.
- Gangguan pada saluran pencernaan: sakit perut, kembung, mual, muntah, diare, gatal dan pembengkakan rongga mulut.
- Gangguan pada saluran pernafasan: bengkak pada hidung, tenggorokan, sesak nafas, nyeri dada dan lain-lain.
- Pembengkakan pada mata.
- Tekanan darah yang terlalu rendah atau tinggi.
- Kehilangan kesadaran/pingsan.
- Batuk dan bersin yang tak kunjung sembuh.
Mungkin pula terjadi anafilaksis yaitu reaksi alergi cukup fatal yang melibatkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba, kehilangan kesadaran dan kegagalan sistem tubuh. Saat ini, belum ada obat untuk menyembuhkan alergi. Obat di pasaran bertujuan untuk meminimalisir gejala akibat reaksi alergi.
Top 6 Makanan Pemicu Alergi pada Anak
Lebih dari 70 jenis makanan menjadi pemicu reaksi alergi. Oleh sebab itu WHO mewajibkan semua produsen makanan mencamtumkan komposisi secara jelas di kemasan produk. Mencetak tebal bahan alergen agar orang tua paham makanan mana yang dapat dikonsumsi dan mana yang dilarang. Berikut 8 macam makanan pemicu reaksi alergi:
- Sereal yang mengandung gluten termasuk gandum, rye, barley dan produk turunannya.
- Kelompok crustacea antara lain udang, kepiting, kerang dan makanan laut lainnya.
- Ikan dan segala produk olahannya.
- Kacang tanah, kacang hijau, kedelai dan produk turunannya dari kacang-kacangan.
- Susu dan produk – produk lain yang mengandung laktosa.
- Telur, dan masih banyak lagi
Lakukan pemeriksaan alergi atau sensitivitas makanan untuk mengetahui zat pemicu alergi. Diagnosis yang tepat dari dokter didukung dengan hasil laboratorium dapat membantu orang tua untuk mencegah reaksi alergi pada anak.
Rekomendasi Jenis Pemeriksaan Alergi
- Tes tusuk kulit
Pemeriksaan ini cukup sederhana, dokter akan menggunakan jarum kecil untuk menusuk kulit di bagian lengan bawah/punggung dengan 10 hingga 50 jenis zat pemicu alergi yang berbeda.
Ekstrak alergen akan dimasukkan ke kulit dan pengamatan dilakukan selama 15 menit. Jika muncul rasa gatal dan ruam kemerahan dengan diameter tertentu maka anak anda didiagnosis positif alergi.
Perhatikan tiap bekas tusukan, hasil positif diperoleh per tusukan jarum dan diakumulasi oleh dokter. Tes ini sangat bermanfaat terutama untuk mengidentifikasi alergi karena udara, makanan dan jenis alergen hidup (misal: bulu kucing).
- Tes darah di laboratorium
Kadar IgE dalam darah akan diukur secara spesifik melalui pemeriksaan ini. Immunoglobulin E (IgE) adalah jenis antibodi yang terbentuk saat seseorang terpapar alergen.
Dokter/perawat akan mengambil sample darah dan direaksikan dengan sejenis serum. Peningkatan IgE secara spesifik menunjukkan hasil positif alergi makanan/komponen tertentu.
Anda dapat memilih pemeriksaan IgE total atau atopy untuk mendeteksi secara spesifik alergi tertentu. Estimasi harga antara Rp 450.000 hingga 1.800.000 tergantung jenis tes yang diambil.
- Tes Sensitivitas Makanan
Ini merupakan tes tambahan untuk mengetahui sensitivitas makananan yang dapat menjadi penyebab timbulnya gejala penyakit (batuk, pilek, demam) mencapai 200 varian makanan.
Pemeriksaan menganalisis antibodi IgG yang paling banyak ditemukan dalam darah. Berbeda dengan tes laboratorium untuk mengetahui penyebab alergi, hasil tes memberikan beragam kelompok makanan dengan warna berbeda yaitu merah (makanan sensitif), kuning (sensitif namun dapat dikonsumsi dengan jumlah terbatas) dan hijau (makanan normal, boleh dikonsumsi).
Hasil sensitivitas makanan dapat berubah dari waktu ke waktu. Harga tes ini sekitar 8 jutaan.
Perawatan pada Anak dengan Alergi karena Makanan
Cara terbaik untuk mengatasi alergi makanan adalah menghindari makanan yang mampu memicu reaksi alergi. Perhatikan asupan nutrisi harian anak untuk menghindari gejala alergi maupun sensitivitas dan mendukung pertumbuhan anak. Upaya-upaya lain yang dapat dilakukan:
- Suplementasi probiotik dan prebiotik untuk menjaga bakteri baik dalam sistem pencernaan.
- Redakan gejala alergi dengan obat anti alergi.
- Usahakan berjemur di pagi hari dan lengkapi nutrisi dengan tambahan sumplemen vitamin D untuk memperkuat imunitas.
Berdamai dengan Alergi dan Sensitivitas
Reaksi Alergi umumnya akan terus ada. Upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah menjaga asupan makanan sehari-hari. Konsultasikan hal ini dengan ahli gizi yang akan membantu anda. Berbeda dengan sensitivitas, dapat berubah sewaktu-waktu.
Tahun ini anda mungkin sensitif terhadap madu, namun belum tentu di tahun mendatang anda masih sensitif terhadap hal yang sama. Diperlukan pemeriksaan oleh dokter ahli.