• Alamat Jl. Lili kembang, Maguwo, DIY
Call Center: (0274) 280 3000

Stunting menjadi permasalahan kesehatan di dunia khususnya di negara berkembang. Indonesia masih dihadapkan pada permasalahan gizi terutama kekurangan gizi (malnutrisi) dan obesitas pada anak.

Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 24,4%. Sedangkan prevalensi obesitas mencapai 3,8%.

Obesitas bukan berarti kelebihan gizi namun kelebihan kalori karena kurangnya aktivitas fisik dan tidak seimbangnya jumlah asupan makanan. Misalnya terlalu banyak karbohidrat namun minim protein dan vitamin.

.

Dampak Stunting Pada Anak

Dampak stunting pada anak tak dapat dianggap remeh sebab tampak di masa sekarang dan berpengaruh di masa mendatang saat anak beranjak dewasa.

Proses tumbuh kembang anak dipengaruhi dari gizi yang diperolehnya melalui makanan, stimulasi yang diberikan orang tua dan lingkungan. Apabila kebutuhannya tak terpenuhi anak menjadi rentan sakit, gangguan pertumbuhan bahkan yang paling buruk kematian. Lalu apa dampak jangka pendek dan jangka panjang jika anak mengalami stunting?

Berikut konsekuensi yang ditimbulkan akibat stunting:

  • Konsekuensi kesehatan anak: Malnutrisi dan risiko infeksi

Status kesehatan anak memburuk ditandai dengan penurunan nafsu makan, anak tampak lemas dan tak bertenaga serta penurunan kemampuan penyerapan nutrisi pada tubuh anak.

  • Konsekuensi pertumbuhan anak: perkembangan otak terganggu dan penurunan kecerdasan

Stunting bukan berarti bodoh atau terbelakang namun anak mengalami perkembangan otak yang kurang maksimal. Dibuktikan dengan studi yang dilakukan WHO anak yang mengalami stunting berisiko memiliki nilai rendah, kurang lancar dalam berbicara/membaca dan gangguan dalam memori otak anak. Selain itu kekurangan gizi kronis dapat memicu mikrosefali (kondisi kepala bayi memiliki ukuran yang tidak normal).

  • Gangguan pertumbuhan tinggi badan

Kondisi malnutrisi dalam jangka panjang dapat menyebbakan anak menjadi pendek/sangat pendek dibandingkan anak sebayanya diukur sesuai usia anak.

Anak yang mnegalami stunting akan mengalami perlambatan dalam pertumbuhan berat badan d

  • Konsekuensi ekonomi: meningkatkan pengeluaran kesehatan rumah tangga

Kesulitan finansial secara nyata dihadapi oleh rumah tangga dengan anak menderita stunting terlebih apabila penyakit menular. Salah satu anggota keluarga harus tinggal dirumah atau absen sekolah sehingga mengurangi kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pendapatan.

  • Dalam jangka panjang, di usia dewasa anak lebih rentah terjangkit penyakit metabolik

Kekurangan gizi yang dialami anak baik dari segi jumlah atau kualitas gizi menyebabkan dampak buruk di masa depan. Stunting berisiko menimbulkan beragam penyakit yang berkaitan dengan gangguan metabolisme tubuh: diabetes melitus, jantung koroner, stroke, hipertensi dan lain-lain.

  • Bayi berisiko lahir dengan berat dibawah 2,5 kg (berat badan lahir rendah)

Ibu hamil yang kekurangan gizi atau mengalami masalah kesehatan seperti anemia berisiko 2 kali lipat lebih besar melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Bayi yang lahir dengan berat badan di bawah rata-rata cenderung lebih rentan terpapar penyakit atau mengalami infeksi. Dalam jangka panjang, pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun kecerdasan menjadi terhambat.

.

10 Pola Perbaikan Demi Cegah Stunting

Masalah stunting berkaitan dengan status gizi anak yang pencegahannya dapat dilakukan sejak dini yaitu dimulai saat pra nikah dan periode 1000 hari kehidupan anak. Berikut 10 pola perbaikan yang efektif cegah stunting:

  • Perkaya diri dengan pengetahuan seputar tumbuh kembang anak

Studi WHO pada tahun 2020 mengungkapkan sebanyak 162 juta anak di bawah 5 tahun mengalami stunting karena minimnya pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak. Calon ibu/ibu muda wajib memiliki bekal ilmu minimal tentang pertambahan berat badan dan panjang badan anak. Dengan mengetahui indikator yang tepat, orang tua dapat mengambil langkah apabila terjadi masalah berkaitan dengan gizi anak.

  • Penuhi gizi ibu hamil sejak trimester awal melalui makanan dan supplementasi (sesuai kebutuhan)

Seribu hari pertama kehidupan merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan otak. Pada masa ini perkembangan otak anak mencapai 80% dari otak dewasa. Nutrisi yang baik dapat mendukung segala proses pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Gizi ibu hamil termasuk mikronutrien yang dibutuhkan tubuh yaitu: kalsium, asam folat, zat besi dan lain-lain.

  • Berikan ASI sebagai makanan utama bayi sejak lahir minimal hingga usia 6 bulan lalu lanjut hingga usia 2 tahun

Manfaat ASI bagi kesehatan anak memang tak diragukan lagi. Sejuta manfaat yang terkandung dalam ASI mampu menghindarkan anak dari bahaya malnutrisi. ASI mengandung antibodi, lemak, protein dan kandungan gizi lain sehingga mencegah terjadinya stunting.

  • Pemberian susu formula bagi anak yang telah lulus ASI eksklusif

Susu merupakan asupan bermanfaat yang mengandung banyak kandungan gizi bermanfaat bagi tubuh. DHA, kolin, kalsium, mineral dan vitamin terkandung dalam susu sehingga penting untuk menunjang pertumbuhan tulang dan gigi. Belum lagi vitamin sebagai penunjang kinerja berbagai organ tubuh dan berperan dalam peningkatan imunitas. Untuk bayi, ASI tetap merupakan prioritas utama.

  • Bagi bayi yang telah diberikan makanan tambahan, perhatikan 5 kunci MPASI yang berkualitas

Lima ciri MPASI yang berkualitas: kaya akan makronutrien dan mikronutrien, tidak asin dan pedas, higienitas terjaga, mudah didapatkan dan disiapkan serta yang paling penting mudah dikonsumsi anak. Tekstur MPASI yang diberikan pun harus sesuai dengan usianya (lumat dan tidak encer/cair). Pemberikan garam diberikan ketika anak berusia diatas 12 bulan dengan takaran 1-2 gram per hari.

  • Peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi yang baik

Seiring peningkatan kasus covid-19 dan demi menjaga anak dari kemungkinan infeksi, cuci tangan menjadi prosedur wajib. Sebelum menyiapkan makanan si kecil, setelah BAB dan BAK wajib cuci tangan. Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, air minum yang tidak sehat dan perilaku yang kurang higienis menjadi salah satu penyebab diare pada anak. Diare yang berkepanjangan dapat berujung pada kondisi kekurangan gizi.

  • Pantau perkembangan tinggi dan berat badan anak melalui buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi sarana deteksi dini kesehatan si kecil.

Aksi cegah stunting perlu adanya kerjasama dan sinergi yang baik antara pemerintah dan orang tua untuk menyelesaikan permasalahan gizi. Rutin pantau perkembangan dengan pergi ke dokter anak di klink/rumah sakit terpercaya pilihan anda.

Semoga artikel ini dapat membantu para orang tua agar anak-anak terhindar dari stunting. Tetap sehat dan selalu #berkualitasdanbersahabat!

.

.